Death Traps on Ships : Snap-back Zone and Rope Bight

Mengapa Operasi Mooring Berbahaya?

Kecelakaan karena operasi mooring menurut statistik[1] adalah tertinggi ke-7 di dunia. Dimana penyebabnya terutama karena kesalahan crew (36%), kegagalan equipment (26%), kesalahan perwira deck (18%), dan karena faktor lain-lain termasuk yang masih dalam investigasi (20%). Jenis kecelakaan akibat operasi mooring adalah kaki (23%), kematian (14%), punggung (14%), luka-luka (11%), kepala (7%), lengan (7%), bagian tubuh lain (24%). Oleh karena itu, operasi mooring seringkali disebut sebagai “Death Traps on Ships”.

Apa yang Membuat Operasi Mooring Berbahaya?

Mooring area di kapal berada pada haluan (fwd) dan buritan (aft) kapal dimana winches terpasang untuk menarik tali (ropes) dari tug dan bollard di jetty. Mooring area dilengkapi dengan mooring system dan equipment seperti winches, hydraulic motors, bollards, piping valves, anchor chain, dll.

Kombinasi antara orang, proses, dan peralatan dimana apabila salah satu atau lebih tidak sesuai dengan standar keselamatan, maka akan sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan baik dari segi orang (kurang/tidak kompeten), proses (prosedur dilanggar, risk assessment/JSA/PJSM/TBM tidak dilakukan), maupun peralatan (tali/wire/equipment tidak layak/rusak). Hal inilah yang membuat operasi mooring merupakan aktivitas yang beresiko tinggi di kapal. Berikut ini rincian faktor utama penyumbang kecelakaan saat operasi mooring:

  1. Wire dan tali yang yang usang atau rusak;
  2. Housekeeping yang buruk di mooring area, terdapat tali dan equipment yang tidak digunakan;
  3. Tali mooring tidak diikat, tetapi tersimpan di winch drum end;
  4. Mooring equipment tidak dirawat secara teratur;
  5. Postur/ukuran tubuh yang tidak proporsional atau tidak terlatihnya crew yang mengoperasikan;
  6. Tidak ada crew (perwira), dalam hal ini C/O atau 2/O, yang mengawasi kegiatan mooring karena kurangnya jumlah crew atau crew tersebut sedang mengerjakan pekerjaan lain.
  7. Painting pada mooring area yang buruk sehingga semua permukaan deck dan equipment dicat dengan warna yang sama, tidak menandai area berbahaya termasuk area berpotensi tersandung (tripping);
  8. Over painting drum hingga corners sehingga merusak tali.
  9. Tidak ada pengecatan tanda bahaya;
  10. Non Slip Deck tidak tersedia;
  11. Crew tidak aware terhadap “Snap Back Zone”;
  12. Crew tidak aware terhadap bahaya terbelit tali / “Rope Bight”.
  13. Crew tidak mengenakan APD / PPE;
  14. Tali dan wire (kawat metal) terhubung langsung tanpa menggunakan thimble yang dapat mengakibatkan tali putus;
  15. Tes dan inspeksi tali mooring dan equipment tidak rutin dilakukan;
  16. Tali tidak digunakan pada split drum dengan benar. Drum yang lebih kecil harus memiliki hanya 4-5 lilitan dan sisanya harus terdapat pada drum yang lebih besar.

Gambar 1. Penggunaan Tali Mooring pada Split Drum yang Salah (kiri) dan Benar (kanan)

Semua hal tersebut perlu diperhatikan baik C/O maupun 2/O sebagai supervisor (pengawas) sebelum memulai operasi mooring dan dibahas dalam toolbox meeting atau pre job safety meeting serta dibuatkan risk assessment/JSA nya sehingga potensi bahaya yang ada dapat diidentifikasi dan diantisipasi.

Apa itu “Death Traps on Ship”?

Snap Back Zone” dan “Rope Bight” dikenal sebagai 2 fenomena berbahaya yang bertanggung jawab mengakibatkan kecelakaan fatal pada operasi mooring.

Snap Back Zone

Angka cedera dan kematian tertinggi selama operasi mooring di kapal disebabkan oleh tali atau wire yang putus terkena crew yang berada di area tersebut. Tali yang putus tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk menewaskan orang dewasa pada jalurnya. Hal inilah yang dinamakan snap back zone.

Saat tali ditarik lurus, maka snap back zone akan minimal, namun jika tali berbelok pada bollard atau roller, maka snap back zone akan bertambah. Diilustrasikan pada Gambar 2.

3

Gambar 2. Area Snapback Zones (MCA Code)[2]

Saat sandar, kapal harus ditarik oleh tug atau oleh winches kapal agar mendekat ke jetty. Operasi ini membutuhkan tali yang kuat dan wire yang dibentangkan dengan kuat untuk menarik kapal. Setiap tali dan wire memiliki ketahanan masing-masing yang akan putus apabila melebihi ambang batas, atau yang dikenal dengan kekuatan putus tali (breaking strength). Breaking strength tersebut akan berkurang apabila tali usang (sudah lama) atau tidak dirawat dengan baik. Standar minimum breaking strength untuk tali mooring dapat dilihat pada sertifikat tali atau dapat mengacu kepada MSC/Circ.1175 Guidance on Shipboard Towing and Mooring Equipment.

Tali akan putus saat mengencang akibat gaya tarik dan ketika bagian tali yang putus mengayun balik ke dalam snapback zone dan mengenai orang, maka bisa menjadi hantaman mematikan bagi orang tersebut.

Gambar 3. Snapback Zone di Haluan Kapal

Snap back zones di haluan kapal yang sedang melakukan operasi mooring meningkat pula jumlahnya karena beberapa restrain point dan turn point dengan tali yang mengencang seperti yang digambarkan pada Gambar 3.

Crew yang melakukan operasi mooring harus benar benar terlatih dan berpengalaman dengan snapback zone. Snapback zone pada haluan dan buritan kapal harus dibedakan warna catnya sehingga crew mengetahui agar tidak berada pada area tersebut saat tali dalam keadaan kencang seperti pada Gambar 4.

5

Gambar 4. Marking untuk Snapback Zone di Haluan atau Buritan Kapal

Pahami spesifikasi tali atau wire yang ada dalam sertifikat termasuk minimum breaking strength nya serta pahami pula SWL dari mooring equipment.

Rope Bight

Mooring ropes merupakan tali yang panjang dan berat yang disimpan di kapal dalam bentuk gulungan. Ketika tali tersebut digunakan, maka cenderung membentuk gulungan atau lingkaran yang dikenal dengan nama rope bight.

6

Gambar 5. Ilustrasi Crew Berdiri di antara Gulungan Tali

Jika crew terbelit tali saat melakukan operasi mooring (umumnya bagian tubuh dimulai dari pangkal kaki ke bawah), cengkeraman dari tali dapat menyeretnya ke luar kapal atau menghantamkan crew tersebut ke deck kapal (dimana juga terdapat equipment) dengan keras. Beberapa cedera dan kematian telah dilaporkan akibat crew tidak mengetahui bahaya berdiri di antara gulungan tali dan terseret tali.

7

Gambar 6. Ilustrasi Crew Terbelit dan Terseret Tali Akibat Rope Bight

Cara terbaik untuk menghindari rope bight adalah sebagai berikut:

  1. Crew harus mengetahui dimana dia harus berdiri saat mengoperasikan tali mooring atau saat berada di dekatnya;
  2. Supervisor (C/O atau 2/O) harus fokus pada pekerjaan mengawasi operasi mooring dan tidak ikut serta dalam aktivitas operasi;
  3. Crew yang tidak berpengalaman seperti kadet dan rating yang baru bergabung hanya diperbolehkan mengoperasikan tali di bawah pengawasan;
  4. Hanya crew yang berkepentingan dalam operasi yang ada di mooring station. Seringkali terdapat orang atau crew yang tidak berkepentingan dalam operasi (seperti crew engine atau personel darat atau orang lain berada di deck) terlihat berada di area operasi mooring. Oleh karena itu, peringatan “restricted entry” harus diberikan;
  5. Jumlah crew deck yang cukup di mooring station untuk melakukan operasi mooring dengan aman dan lancar.

Remember, Bights don’t always look like bights.

 

Regulasi/Prosedur Terkait?

  • SOLAS Ch. II-1 Part A-1 Reg. 3 – 8 Towing and Mooring Equipment.
  • IMO Circular MSC/Circ.1175 May 24th 2005, Guidance on Shipboard Towing and Mooring Equipment.

 

Reference:

  • MCA Code of Safe Work Practices for Merchant Seamen, Consolidated Edition, 2010.
  • Marine Insight
  • Safety Alert No. SA 015 West England – Snap Back Zones

 

[1] UK P&I Club Report 2009 – Mooring incident

[2] MCA Code of Safe Work Practices for Merchant Seamen, Consolidated Edition, 2010

 

Tinggalkan komentar